Minggu, 14 Agustus 2011

Puisi : Gugurnya Sang Penari

Sekeping bulan
Bertengger di balik ranting kering

Memancarkan cahaya menyapu dedaunan

Sisa-sisa air hujan seperti kristal

Bergelantungan di ujung-ujung daun tak bertulang



Penari memasuki taman bunga baiduri

Hasil budidaya seseorang yang biasa dipanggil mami

Penari terkurung dalam sarang penuh mucikari

Menari di antara semak-semak belukar

Menyusup di balik keringat kumbang jalang dan binatang liar

Tak ada celah untuknya bersembunyi



Apalagi lubang untuk menyelinap pergi


Tubuhnya terlilit seutas tali

Dari pusar iblis yang menjaga neraka

Tempat para pemuja mencari bejana

Untuk menuangkan saripati dari benih yang tersia-sia


Membelah belantara dan menyisir rawa-rawa

Lalu masuk ke dalam lorong kegelapan

Terjepit di antara batu-batu cadas yang mengeras

Menggelepar lalu melemas


Seonggok jasad mulai rapuh


Bergeming dalam kelam berkabut

Keletihan telah membawanya pada batas waktu

Layu, terkapar di ujung kaki bumi

Tanpa belas kasih dan harga diri


Penari tak sanggup lagi mengepakkan gemulai tangannya

Menantang kumbang-kumbang liar yang siap menghisap madu

Menancapkan duri-duri tajamnya menghujam ulu

Mendengarkan lenguh panjang kepuasan setelah bercumbu


Penari terpental bagai peluru tak terkendali

Penari tercampak bagai nyayian tak bermelodi


Sekeping bulan, perlahan bergerak pergi

Meninggalkan ranting kering dan daun-daun tak bertulang

Terpelanting bersama gugurnya sang penari.



Gimana sobat blogger ? tadinya sih, ingin judul post ini yaitu Raungan hati. cuma Imaginasiku lebih jelas menggambarkan sang penari yang terjatuh. 

oke, Selamat menikmati Sajak Pilu ini See You Next Time :)


Best Regard's


Mahardika

0 komentar:

Posting Komentar

Dilarang Junk/Spam & sara !

-No Captcha
-Komentar langsung tertera pada kolom

mohon untuk memberikan Google Plus One ( +1 ) pada postingan menarik

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...